Virus adalah micro organisme yang bersifat parasit dengan menginfeksi atau memanfaatkan sel organisme biologis mahluk hidup lainnya seperti manusia, hewan, tanaman sebagai inangnya. Virus tumbuh dan berkembang biak di sel organisme biologis mahluk hidup lain karena virus hanya terdiri dari selubung protein yang terbentuk dari DNA atau RNA saja dan tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi. Berikut ini adalah 10 penyakit yang disebabkan karena virus.
Minggu, 04 Maret 2012
10 Jenis Hewan yang Hidup di Karpet
Karpet kerap menjadi sumber penyakit, terutama penyakit kulit, alergi, yang ditimbulkan dari gigitan hewan atau serangga atau kutu yang ditemukan hidup di karpet. Mungkin saja ada ribuan hewan yang terdapat hidup dikarpet dengan ukuran yang sangat kecil. Berikut ini adalah 10 jenis hewan yang hidup di karpet.
sumber: top10
10. Semut
Semut adalah jenis serangga yang umum ditemui di rumah. Semut kerap ditemukan hidup dikarpet, terlebih lagi karpet yang kotor atau terdapat remahan makanan. Meskipun semut tidak berbahaya namun kehadiran semut terkadang menjengkelkan. Gigitan semut meninggalkan bekas atau bentol warna merah dan terasa gatal.9. Lipan
Lipan atau kelabang adalah jenis hewan arthopoda. Lipan berbentuk panjang dengan sepasang kaki – kaki disetiap ruas tubuhnya. Lipan hidup ditempat yang lembab, tertutup dan gelap. Lipan banyak terdapat di rumah kita. Lipan terkadang ditemukan hidup dikarpet atau dibagian bawah karpet yang jarang dibersihkan. Lipan tergolong berbahaya karena dapat menggigit.8. Kutu Tempat Tidur
Kutu Tempat Tidur adalah hewan yang biasa hidup di balik kasur, selimut dan karpet. Kutu tempat tidur tidak selalu berhubungan dengan kotoran atau kurang menjaga kebersihan, kutu kasur juga ditemukan hidup di kasur, selimut dan karpet yang bersih. Meskipun kutu kasur tidak menularkan penyakit namun kehadirannya merupakan gangguan.7. Kumbang Karpet
Kumbang karpet adalah hewan yang ditemukan hidup di karpet dengan ukuran, warna dan bentuk yang beragam berkisar antara 2-3 mm. Kumbang karpet cenderung hidup di luar rumah. Namun menjelang musim panas kumbang karpet sangat mungkin masuk ke dalam rumah dan bertelur di karpet atau di korden-korden. Kutu karpet biasanya memakan serat-serat baju dan meninggalkan lubang dibaju.6. Kutu Manusia
Kutu manusia adalah kutu yang menyerang manusia dengan menghisap darah dan menimbulkan rasa gatal yang luar biasa. Kutu manusia terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah; kutu rambut (Pediculus humanus capitis), kutu badan (Pediculus humanus humanus), dan kutu pubis (Phthiris pubis). Kutu-kutu tersebut dapat menyerang manusia apabila kita tidak menjaga kebersihan rambut, badan, dan pakaian. Kutu manusia dapat berpindah dari satu orang ke orang lain, namun kehadirannya bersifat patogen atau tidak menularkan penyakit.5. Tungau debu
Tungau debu adalah hewan parasit yang sangat kecil yang merupakan hewan avertebrata. Tungau bukan termasuk kutu maupun serangga. Tungau dapat hidup sebagai parasit di hewan yang lain seperti kucing, burung, kucing dll. Tungau dapat hidup di karpet, kasur, matras, sprei dan menyebabkan yang alergi, gigitannya dapat menyebabkan rasa gatal yang hebat.4. Kutu Busuk
Kutu busuk atau kepinding adalah serangga parasit yang ditemukan hidup di karpet atau tempat tidur. Kutu busuk menggigit manusia tanpa ketahuan dan menimbulkan rasa gatal, ruam serta alergi. Kutu busuk sangat sengang tinggal di karpet dan kasur. Jemur dan angin-anginkan karpet dan kasur secara berkala untuk mengindari kehadiran kutu busuk.3. Kutu Anjing
Kutu anjing adalah kutu yang menyerang anjing pada ras dan jenis apa saja. Anjing yang tidak terjaga kebersihannya dapat dengan mudah terjangkit kutu. Anjing peliharaan yang terjangkit kutu akan meninggalkan kutu dimana saja, dikarpet, ditempat tidur dan dapat menggigit manusia.2. Caplak
Caplak adalah hewan ektoparasit yang menyerang anjing. Caplak berukuran sekitar 30 mm. Caplak ditemukan di kepala, leher, telinga dan telapak kaki anjing. Caplak menghisap darah inangnya. Caplak dapat pula ditemukan dikarpet dari hewan peliharaan (anjing). Caplak termasuk hewan patogenesis (penyebar penyakit) yang berbahaya setelah nyamuk.1. Pinjal
Pinjal adalah serangga parasit yang ukurannya sangat kecil, kurang dari 1 inci. Pinjal tidak bersayap namun sangat mahir melopat dan sangat sukar untuk ditangkap. Pinjal kerap ditemukan hidup di karpet atau tempat tidur. Pinjal berasal dari bulu anjing atau kucing dan masuk ke dalam rumah. Pinjal dapat menggigit manusia yang menyebabkan rasa gatal yang hebat selama berhari-hari, meninggalkan bentol yang besar (lebih besar dari gigitan nyamuk) dan berwarna merah.sumber: top10
Parasit Membantu Mengungkapkan Aturan Ekologi Baru
infokami.com [ wihans web indonesia ] : Para ilmuan dari UC Santa Barbara dan lembaga lain mengatakan kalau penelitian terbaru mereka diharapkan mempengaruhi bidang ekologi dan dapat membantu manajemen ekosistem, termasuk hutan, danau, dan samudera. Dan itu semua karena parasit.
Penelitian ini, diterbitkan bulan Juli 2011 dalam jurnal Science, memasukkan parasit dalam sebuah studi komprehensif ekosistem. Dengan melakukan ini, para ilmuan mengatakan kalau mereka telah mengungkapkan satu aturan ekologi baru.
“Penemuan utama penelitian kami adalah kalau semua tipe hewan — parasit atau bukan — tampaknya mengikuti aturan yang tepat sama untuk menentukan seberapa banyak jumlah mereka,” kata Ryan Hechinger,penulis utama dan asisten penelitian biologi dari Lembaga Sains Kelautan UCSB.
“Hal ini mencakup burung, ikan, serangga, kepiting, siput, dan semua parasit yang hidup di dalam dan di luar mereka,” kata Hechinger. “Mereka semua tampaknya mengikuti aturan yang sama. Dan aturannya sederhana. Anda dapat memprediksi seberapa banyak suatu hewan hanya dengan mengetahui seberapa besar individu dan seberapa tinggi posisinya dalam rantai makanan.”
Hechinger menjelaskan kalau ukuran tubuh penting karena ia menentukan seberapa banyak makanan dibutuhkan hewan. Sejumlah makanan mendukung lebih sedikit hewan besar daripada hewan kecil karena tiap hewan besar perlu lebih banyak makanan. Rantai makanan itu penting karena semakin tinggi seekor hewan dalam rantai makanan, semakin sedikit makanan yang ada, dan karenanya semakin sedikit juga jumlah hewan tersebut.
Menurut para ilmuan, mereka melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan siapapun sebelumnya: Mereka datang ke ekosistem dan memperhatikan parasit, memperlakukannya sama seperti pemain hewan lainnya. “Kami menyadari kalau, walaupun ukurannya kecil, parasit berada di rantai makanan tertinggi dan dapat merusak aturan kalau hewan kecil lebih banyak jumlahnya,” kata peneliti Kevin Lafferty, ahli ekologi dari U.S. Geological Survey di UCSB.
Data dikumpulkan dari tiga muara di Kalifornia Selatan dan Kalifornia Baja. Para peneliti menghitung dan menimbang parasit dan hewan lain sebelum mendokumentasikan kalau parasit memang lebih sedikit daripada hewan kecil lainnya.
“Memperhatikan parasit adalah bagian utama studi ini,” kata peneliti Armand Kuris,profesor zoologi UCSB. “Parasit setidaknya separuh dari semua keanekaragaman hayati. Dan mereka berbeda dalam beberapa cara dasar daripada bentuk kehidupan lainnya. Walau begitu, ilmu ekologi sering mengabaikannya. Bagaimana kita bisa memahami bagaimana kehidupan bekerja jika kita tidak melihat separuh dari spesies yang ada — para parasit?
“Parasit membantu kita menemukan teori yang tepat, melihat pola sesungguhnya di alam, dan menguji teorinya dengan lebih baik,” kata Kuris. “Selain ukuran tubuh, aturan umum bagi kelimpahan hewan memiliki faktor dalam rantai makanan dan baik hewan kecil dan besar bisa jadi konsumen utama.”
Para ilmuan juga menemukan aturan umum kedua: kalau jumlah biomassa yang dihasilkan sebuah populasi tidak tergantung pada ukuran tubuh hewan dalam populasi, atau pada tipe hewan apa – burung, ikan, kepiting, atau parasit.
“Bila aturan ini bersifat umum, itu artinya populasi kutu daun dapat menghasilkan biomassa sama besar dengan populasi rusa,” kata Lafferty. “Lebih jauh, cacing pita yang memangsa populasi rusa menghasilkan lebih sedikit biomassa daripada rusa, namun dapat menghasilkan biomassa yang sama banyak dengan populasi singa gunung yang juga memangsa sang rusa.”
“Meramalkan kelimpahan hewan adalah salah satu hal paling dasar dan berguna dalam ilmu ekologi yang dapat berikan untuk manajemen dan penelitian dasar,” kata Hechinger. “Aturan sederhana ini membantu karena ia dapat diterapkan pada semua mahluk hidup dan dapat dengan mudah diterapkan dalam ekosistem kompleks dalam dunia nyata.”
Peneliti lain termasuk Andy Dobson dari Universitas Princeton dan Lembaga Santa Fe, dan James Brown dari Universitas New Mexico.
Penelitian ini sebagian didanai oleh Program Penyakit Menular Lembaga Kesehatan Nasional AS dan Yayasan Sains Nasional AS.
[sumber]
Sabtu, 03 Maret 2012
Tips Cegah Penularan Parasit Toksoplasma dari Hewan Peliharaan
wanita yang sedang merencanakan kehamilan tidak perlu mengkhawatirkan penularan parasit toksoplasma dari binatang peliharaan. Yang perlu diperhatikan adalah kebersihan diri dan lingkungan karena parasit Toxoplasma gondii menyebar melalui makanan dan air.
“Penelitian yang dilakukan fakultas kedokteran hewan IPB tahun 1980 memang menyebutkan 50 persen kucing dan 70 persen anjing memiliki toksoplasma. Tapi yang menularkan bukan bulunya, melainkan kotorannya,” kata dr.Yudistia Purwosunu, Sp.OG (K), ahli kandungan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Karena itu para pemilik anjing atau kucing disarankan untuk mencuci tangannya dengan sabun setelah membersihkan kotoran hewan atau kandangnya. “Parasit toksoplasma masuk ke tubuh melalui saluran cerna. Karena itu selalu gunakan sarung tangan saat membersihkan kotoran atau mencuci tangan sebelum makan,” katanya.
Selain kotoran hewan, parasit toksoplasma terutama juga ditularkan melalui daging mentah dan sayuran mentah. “Mereka yang suka mengonsumsi daging yang dimasak setengah matang termasuk dalam kelompok risiko tinggi,” katanya.
Pencegahan penyakit Toksoplasma:
1. Lakukan pemeriksaan terhadap binatang peliharaan anda di rumah, seperti kucing, burung, ikan, kelinci dan anjing untuk mengetahui apakah mereka memiliki infeksi aktif atau tidak. Jika binatang peliharaan anda ternyata memiliki infeksi aktif, titipkan mereka ke tempat pemeliharaan atau pada teman sekurang kurangnya selama 6 minggu (yaitu di mana masa infeksi dapat ditularkan). Jika mereka bebas dari infeksi, biarkan mereka seperti biasanya dengan tidak membiarkan mereka memakan makan daging mentah, pergi keluar rumah, memburu tikus atau burung, atau bermain dengan bintang lain.
2. Mintalah seseorang untuk membersihkan kandang dan kotorannya. Bila anda harus melakukannya sendiri, gunakan sarung tangan dan cuci tangan anda setelah selesai. Kandang harus dibersihkan setiap hari karena oosit yang memindahkan penyakit akan sangat menular dengan berjalannya waktu.
3. Gunakan sarung tangan jika anda berkebun. Jangan berkebun di tanah yang terkena kotoran kucing, juga jangan biarkan anak bermain di pasir yang terkena kotoran kucing.
4. Cuci buah dan sayur terutama yang ditanam sendiri dengan sabun pencuci piring, bilas bersih bersih.
5. Jangan makan daging mentah atau daging yang kurang matang atau susu yang tidak dipasteurisasi. Bila anda ke restoran pesanlah daging yang matang penuh.
6. Termometer daging yang anda masak atau rebus. Minimal harus menunjukan 70ยบ C. (Kista ini di lingkungan dapat hidup sampai beberapa bulan. dan dia tahan terhadap desinfektan, freezing, and drying. tapi dia akan mati pada suhu 70 derajat C dalam 10 menit).
7. Jika anda sedang hamil lakukan pemeriksaan rutin untuk menghindari dan mengatisipasi jika terkena toksoplasma.
source : www.suaramedia.com
Kaum
“Penelitian yang dilakukan fakultas kedokteran hewan IPB tahun 1980 memang menyebutkan 50 persen kucing dan 70 persen anjing memiliki toksoplasma. Tapi yang menularkan bukan bulunya, melainkan kotorannya,” kata dr.Yudistia Purwosunu, Sp.OG (K), ahli kandungan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Karena itu para pemilik anjing atau kucing disarankan untuk mencuci tangannya dengan sabun setelah membersihkan kotoran hewan atau kandangnya. “Parasit toksoplasma masuk ke tubuh melalui saluran cerna. Karena itu selalu gunakan sarung tangan saat membersihkan kotoran atau mencuci tangan sebelum makan,” katanya.
Selain kotoran hewan, parasit toksoplasma terutama juga ditularkan melalui daging mentah dan sayuran mentah. “Mereka yang suka mengonsumsi daging yang dimasak setengah matang termasuk dalam kelompok risiko tinggi,” katanya.
Pencegahan penyakit Toksoplasma:
1. Lakukan pemeriksaan terhadap binatang peliharaan anda di rumah, seperti kucing, burung, ikan, kelinci dan anjing untuk mengetahui apakah mereka memiliki infeksi aktif atau tidak. Jika binatang peliharaan anda ternyata memiliki infeksi aktif, titipkan mereka ke tempat pemeliharaan atau pada teman sekurang kurangnya selama 6 minggu (yaitu di mana masa infeksi dapat ditularkan). Jika mereka bebas dari infeksi, biarkan mereka seperti biasanya dengan tidak membiarkan mereka memakan makan daging mentah, pergi keluar rumah, memburu tikus atau burung, atau bermain dengan bintang lain.
2. Mintalah seseorang untuk membersihkan kandang dan kotorannya. Bila anda harus melakukannya sendiri, gunakan sarung tangan dan cuci tangan anda setelah selesai. Kandang harus dibersihkan setiap hari karena oosit yang memindahkan penyakit akan sangat menular dengan berjalannya waktu.
3. Gunakan sarung tangan jika anda berkebun. Jangan berkebun di tanah yang terkena kotoran kucing, juga jangan biarkan anak bermain di pasir yang terkena kotoran kucing.
4. Cuci buah dan sayur terutama yang ditanam sendiri dengan sabun pencuci piring, bilas bersih bersih.
5. Jangan makan daging mentah atau daging yang kurang matang atau susu yang tidak dipasteurisasi. Bila anda ke restoran pesanlah daging yang matang penuh.
6. Termometer daging yang anda masak atau rebus. Minimal harus menunjukan 70ยบ C. (Kista ini di lingkungan dapat hidup sampai beberapa bulan. dan dia tahan terhadap desinfektan, freezing, and drying. tapi dia akan mati pada suhu 70 derajat C dalam 10 menit).
7. Jika anda sedang hamil lakukan pemeriksaan rutin untuk menghindari dan mengatisipasi jika terkena toksoplasma.
source : www.suaramedia.com
10 Binatang Parasit Yang Paling Mengganggu
10. Bedbugs
Bedbugs ini semacam kutu kecil yang biasanya hidup di dalam atau di sekitar kasur. Umumnya mereka cari makan di malam hari, walaupun siang hari terkadang mereka cari makan juga.
Karena ukurannya yang kecil, bedbugs bisa bersembunyi di kasur, di sela-sela kasur, di bawah bantal, di lubang-lubang sekrup, karpet, retakan-retakan dinding, dan di kamar-kamar yang kotor dan tidak terawat.
Gigitannya kadang disangka gigitan nyamuk, karena iritasi dan bentuk kemerahan yang disebabkannya hampir mirip. Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan kalau ia menyebarkan penyakit, walaupun gigitannya bisa jadi sumber infeksi kalau digaruk-garuk.
Fakta lain menunjukkan bahwa bedbugs ini, selain sulit dideteksi keberadaannya (karena ukurannya yang sangat kecil dan dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama, ia juga dapat bertelur lebih dari 500 butir selama hidupnya. Dia juga sangat suka menghisap darah.
9. Lice
Ada banyak jenis lice (bentuk jamak dari louse=tuma), yang paling dikenal adalah tuma kepala, di samping tuma badan (body louse) dan tuma kemaluan (pubic louse).
Jenis-jenis tuma tersebut merupakan tuma-tuma yang biasa hidup di tubuh manusia. Spesies-spesies lainnya lebih banyak hidup di tubuh hewan. Siklus hidupnya cenderung singkat; telor-telurnya akan menetas dalam jangka waktu 6-9 hari, sementara nimfanya akan molting 3 kali selama 7 hari lebih sebelum jadi bentuk dewasa.
Kulit-kulit hasil molting dan penetasan telor akan tetap berada di kulit kepala. Dewasanya dapat bergerak dengan sangat cepat dan hanya bertahan hidup selama sebulan untuk menghisap darah dan bertelur. Si betinanya bisa bertelur 7-12 butir sehari.
8. Leeches (Lintah)
Banyak orang salah paham dengan menganggap semua lintah itu hanya menghisap darah. Lintah penghisap darah hanyalah salah satu dari spesies lintah. Lintah merupakan cacing tersegmentasi yang berelasi dekat dengan cacing tanah biasa.
Sanguivorous atau lintah penghisap darah, merupakan jenis lintah yang biasa ditemukan di perairan yang tenang dan juga di darat. Metode yang biasanya dipakai untuk nempel di inangnya adalah dengan menunggu di tanah.
Terus di situ mereka akan berdiam untuk merasakan getaran-getaran dan pergerakan di sekitarnya atau mendeteksi perubahan pola cahaya. Jika ia merasakan ada inang potensial, ia akan berusaha nempel di inangnya.
Setelah berhasil nempel, mereka akan menggunakan bagian penghisap di mulutnya untuk mengiris kulit inang, lalu mereka akan mensekresikan sejenis lendir untuk menjaga mereka tetep nempel di inangnya.
Kemudian mereka akan meregangkan badannya setelah menggunakan zat anti-koagulan dan histamine untuk mencegah pembekuan darah dan membuat darahnya jadi mudah dicerna.
Nah, ternyata dalam dunia pengobatan tradisional, metode lintah ini membantu juga lho. Ternyata lukanya tidak seburuk yang dibayangkan. Lukanya mungkin bisa aja teriritasi dan mengeluarkan darah dan cairan selama beberapa jam, tapi kemungkinan kehilangan darahnya sangat minimal.
7. Ticks
Ticks (kutu) diklasifikasikan sebagai arachnid dan banyak varietasnya. Yang paling sering ditemuin itu kutu kaki-hitam, kutu bintang satu (lone star tick), kutu rusa, dan kutu anjing.
Kutu-kutu ini ternyata punya kemampuan menyebarkan penyakit. Penyakit yang paling dikenal adalah Rocky Mountain spotted fever dan penyakit Lyme.
Kutu biasanya ditemukan di daerah-daerah dengan semak belukar dan rumput yang banyak. Mereka biasanya akan menunggu inangnya lewat, lalu masuk ke tubuh inangnya, dan mencari tempat yang paling nyaman.
Kalau di manusia, mereka suka daerah kulit kepala, tapi di mamalia lainnya, mereka suka di mana saja. Keberadaan mereka ini secara kasat mata tidak kelihatan, jadi mereka bisa dengan bebas menghisap darah dari inangnya.
6. Fleas
Tau The Black Plague? Itu adalah penyakit yang (katanya) dibawa-bawa oleh si flea ini. Seperti nyamuk, flea butuh darah dari inang mamalia untuk bisa beranak-pinak.
Mereka akan bertelor di inangnya dan biasanya ini akan menyebabkan pengerumunan flea yang terjadi di tempat-tempat di mana si inang ini suka berada, seperti daerah tempat tidur peliharaan.
Ketika telurnya menetas biasanya sekitar beberapa hari atau beberapa minggu, larvanya akan menghabiskan waktunya dengan memakan material-material organik seperti sel-sel kulit mati atau sisa-sisa kotoran. Parasit yang satu ini bisa loncat dengan ketinggian lebih dari 100x panjang badannya.
5. Mosquitoes (Nyamuk)
Nyamuk butuh darah mamalia untuk dapat beranak pinak, sama sepertiu flea. Karena itulah, sang betina selalu hinggap di kulit mamalia untuk menghisap darahnya. Tapi sebenarnya baik si jantan maupun betina cuma memakan nektar dari bunga atau buah-buahan. Tapi tetap saja sang betina butuh protein tambahan yang ada di dalam darah untuk bereproduksi.
4. Mites
Mites (tungau) terdiri atas beberapa jenis, seperti tungau debu (dust mites), tungau unggas (fowl mites), tungau anjing (dog mites), tungau rusa (deer mites), tungau kutu (chigger mites), dan tungau kudis (scabies mites).
Ada juga tungau yang hidup di manusia, yang disebut tungau kantung rambut (hair follicle mites) yang memakan sekresi berminyak dari rambut dan kulit kepala. Walaupun terdengar agak menyeramkan, tapi tidak usah kuatir, karena ternyata tungau ini adalah bagian normal dari proses hidup manusia.
Lalu, tungau mana yang menyebabkan banyak masalah? Tungau kudis (scabies mites) lah jawabannya. Parasit mikroskopik ini dapat menyebabkan gatal-gatal yang luar biasa dan jejak merah pada daerah terinfeksi.
3. Human Botflies
Botfly itu istilah yang diberikan untuk spesies lalat yang larvanya hidup sebagai parasit di dalam tubuh mamalia. Belatung human botfly diangkut oleh nyamuk-nyamuk dan banyak terdapat di Amerika Tengah dan Selatan.
Lalat akan menangkap nyamuk dan bertelor pada tubuh nyamuk tersebut. Akhirnya, nyamuk-nyamuk akan menggigit manusia dan telur-telurnya akan masuk ke dalam tubuh manusia itu lalu menetas.
Belatung botfly bahkan akan mengunyah agar dapat memasuki tubuh inangnya. Di dalam tubuh manusia, belatung itu akan bertahan selama 5-6 minggu sampai bertambah gemuk.
Selama itu, mereka akan membuat lubang agar mereka dapat keluar. Pada tahap ini, jika tetap tidak terdeteksi, belatung-belatung itu akan keluar dari lubang kecil yang telah dibuatnya lalu jatuh ke tanah. Nah dari sini daur hidup akan dimulai kembali.
2. Tapeworms
Tapeworm (cacing pita) mirip-mirip dengan cacing tambang. Mereka merupakan parasit usus yang dapat menular ke manusia melalui tanah atau bekas kotoran, namun kebanyakan menginfeksi manusia melalui daging-daing yang kurang matang dalam memasaknya.
Gejala dari infeksi cacing ini sangat sulit dideteksi karena tidak ada gejala-gejala luar yang mengindikasikan infeksi cacing ini selama periode waktu yang panjang.
Nah, kalau begitu caranya, cacing pita itu bisa tumbuh sampe 30 kaki (sekitar 9,14400 meter). Jadi kalau makan daging-dagingan, dibersihkan dan dimasak sampai matang dulu ya.
1. Hookworms
Hookworm (cacing tambang) menginfeksi manusia melalui sisa-sisa kotoran di tanah. Telur-telurnya akan menetas dalam jangka waktu 1 minggu dan tumbuh jadi larva yang bisa hidup sekitar sebulan di dalam tanah atau feses.
Jika kontak dengan manusia, biasanya lewat kaki, cacing-cacing ini akan menembus masuk menuju pembuluh nadi, masuk ke jantung, dan akhirnya ke paru-paru.
Setelah masuk ke paru-paru, mereka kadang terbuang lewat lendir ketika si inang batuk. Jika dibiarkan begitu saja, cacing ini bisa menyebabkan penyakit serius, seperti anemia, diare, konstipasi, dan kelelahan.
"apakabardunia.com"
Parasit Membantu Mengungkapkan Aturan Ekologi Baru
Para ilmuan dari UC Santa Barbara dan lembaga lain mengatakan kalau penelitian terbaru mereka diharapkan mempengaruhi bidang ekologi dan dapat membantu manajemen ekosistem, termasuk hutan, danau, dan samudera. Dan itu semua karena parasit.
Penelitian ini, diterbitkan bulan Juli 2011 dalam jurnal Science, memasukkan parasit dalam sebuah studi komprehensif ekosistem. Dengan melakukan ini, para ilmuan mengatakan kalau mereka telah mengungkapkan satu aturan ekologi baru.
“Penemuan utama penelitian kami adalah kalau semua tipe hewan — parasit atau bukan — tampaknya mengikuti aturan yang tepat sama untuk menentukan seberapa banyak jumlah mereka,” kata Ryan Hechinger,penulis utama dan asisten penelitian biologi dari Lembaga Sains Kelautan UCSB.
“Hal ini mencakup burung, ikan, serangga, kepiting, siput, dan semua parasit yang hidup di dalam dan di luar mereka,” kata Hechinger. “Mereka semua tampaknya mengikuti aturan yang sama. Dan aturannya sederhana. Anda dapat memprediksi seberapa banyak suatu hewan hanya dengan mengetahui seberapa besar individu dan seberapa tinggi posisinya dalam rantai makanan.”
Hechinger menjelaskan kalau ukuran tubuh penting karena ia menentukan seberapa banyak makanan dibutuhkan hewan. Sejumlah makanan mendukung lebih sedikit hewan besar daripada hewan kecil karena tiap hewan besar perlu lebih banyak makanan. Rantai makanan itu penting karena semakin tinggi seekor hewan dalam rantai makanan, semakin sedikit makanan yang ada, dan karenanya semakin sedikit juga jumlah hewan tersebut.
Menurut para ilmuan, mereka melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan siapapun sebelumnya: Mereka datang ke ekosistem dan memperhatikan parasit, memperlakukannya sama seperti pemain hewan lainnya. “Kami menyadari kalau, walaupun ukurannya kecil, parasit berada di rantai makanan tertinggi dan dapat merusak aturan kalau hewan kecil lebih banyak jumlahnya,” kata peneliti Kevin Lafferty, ahli ekologi dari U.S. Geological Survey di UCSB.
Data dikumpulkan dari tiga muara di Kalifornia Selatan dan Kalifornia Baja. Para peneliti menghitung dan menimbang parasit dan hewan lain sebelum mendokumentasikan kalau parasit memang lebih sedikit daripada hewan kecil lainnya.
“Memperhatikan parasit adalah bagian utama studi ini,” kata peneliti Armand Kuris,profesor zoologi UCSB. “Parasit setidaknya separuh dari semua keanekaragaman hayati. Dan mereka berbeda dalam beberapa cara dasar daripada bentuk kehidupan lainnya. Walau begitu, ilmu ekologi sering mengabaikannya. Bagaimana kita bisa memahami bagaimana kehidupan bekerja jika kita tidak melihat separuh dari spesies yang ada — para parasit?
“Parasit membantu kita menemukan teori yang tepat, melihat pola sesungguhnya di alam, dan menguji teorinya dengan lebih baik,” kata Kuris. “Selain ukuran tubuh, aturan umum bagi kelimpahan hewan memiliki faktor dalam rantai makanan dan baik hewan kecil dan besar bisa jadi konsumen utama.”
Para ilmuan juga menemukan aturan umum kedua: kalau jumlah biomassa yang dihasilkan sebuah populasi tidak tergantung pada ukuran tubuh hewan dalam populasi, atau pada tipe hewan apa – burung, ikan, kepiting, atau parasit.
“Bila aturan ini bersifat umum, itu artinya populasi kutu daun dapat menghasilkan biomassa sama besar dengan populasi rusa,” kata Lafferty. “Lebih jauh, cacing pita yang memangsa populasi rusa menghasilkan lebih sedikit biomassa daripada rusa, namun dapat menghasilkan biomassa yang sama banyak dengan populasi singa gunung yang juga memangsa sang rusa.”
“Meramalkan kelimpahan hewan adalah salah satu hal paling dasar dan berguna dalam ilmu ekologi yang dapat berikan untuk manajemen dan penelitian dasar,” kata Hechinger. “Aturan sederhana ini membantu karena ia dapat diterapkan pada semua mahluk hidup dan dapat dengan mudah diterapkan dalam ekosistem kompleks dalam dunia nyata.”
Peneliti lain termasuk Andy Dobson dari Universitas Princeton dan Lembaga Santa Fe, dan James Brown dari Universitas New Mexico.
Penelitian ini sebagian didanai oleh Program Penyakit Menular Lembaga Kesehatan Nasional AS dan Yayasan Sains Nasional AS.
Sumber : Faktailmiah.com
Langganan:
Postingan (Atom)